
Ada pendapat umum yang mengatakan seperti ini; “Jika engkau ngin hidup selamanya (setidak-tidaknya agar namamu terkenang selamanya) maka buatlah 3 hal ini; “menanam sebuah pohon, menulis sebuah buku dan memiliki seorang anak.”Mengkritisi pendapat ini, orang lain mengajukan pertanyaan; “Apa yang terjadi jika orang memotong pohon yang kau tanam? Apa yang kau rasakan jika tidak ada orang yang membeli bukumu? Apa yang terjadi jika anakmu kelak menyangkal dan melupakanmu? Bila ini terjadi maka diamlah sejenak kemudian bernyanyi bersama Dewi Yul; mimpikah diriku...melihat nasibku...Koq, nyanyi lagi sih? Sebaliknya, dalam bacaan hari ini Yesus berbicara tentang cara berdoa, memberi dan berpuasa serta berpantang. Yesus sedang berbicara kepada kita tentang apa yang penting untuk sebuah hidup yang kekal, dan bukan sekedar apa yang penting untuk hidupmu di dunia ini. Intinya, Yesus tidak melarang orang untuk berbuat, untuk berpuasa dan berpantang, tetapi motivasi di balik sebuah perbuatanlah yang menentukan kualitas hidupmu. Karena itu, agar hidup kita sungguh-sungguh bermakna dan berkualitas, kita dapat melakukan 3 hal ini; Berdoa dengan penuh iman kepada Tuhan, berkorbanlah kepada sesama, dan berbagilah kepada mereka yang miskin dan membutuhkan sesuatu untuk hidup mereka.”
Apakah Anda melihat perbedaan antara kelompok 3 pertama dan 3 kedua? Jika tidak maka biarlah aku mengatakannya kepadamu sebagai saudaraku dalam Tuhan; 3 hal pertama berorientasi pada dirmu sendiri, untuk memenuhi egomu sendiri. Sedangkan 3 hal kedua berorientasi pada orang lain di luar dirimu. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan, baik melakukan 3 hal kelompok pertama maupun kedua, akan tetapi, sekarang kita berbicara tentang bagaimana membuat hidup kita bermakna bagi orang lain lebih daripada orientasi pada diri sendiri, dan itulah tindakan untuk memaknai hidup. Itulah hidup untuk berbagi kepada yang lain. Bukankah kualitas hidup seseorang bukan tergantung pada lamanya hidup yang dijalani melainkan dari apa yang bisa dan mampu dibuat selama kesempatan hidup terberi kepadanya? Bukankah kepuasaan dan kebahagiaan hidup bukan terletak pada kerinduan untuk selalu menerima sesuatu melainkan pada kerelaan hati untuk selalu memberi kepada orang lain? Dengarlah aku saudaraku; “Memberi bagaikan mengeluarkan air di dalam bak mandi kita dengan cara menyambungnya dengan sumber saluran air dan membuat saluran pembuangan agar air yang baru masuk sedangkan air yang lama mengalir keluar. Sebaliknya, ketidak-relaan untuk memberi bagaikan menampung air di dalam tempat/kotak air tanpa saluran masuk dari sumber air dan tanpa adanya saluran pembuangan. Bukankah air itu akan menjadi busuk baunnya? Ini rahasianya saudaraku; Tuhan sedang menantikan kapan engkau rela memberi apa yang Anda miliki kepada orang lain agar Ia memiliki kesempatan untuk menggantikannya dengan hasil terbitan/ciptaan baru, yang bukan saja berguna untuk ragamu, tetapi terlebih untuk keselamatan jiwamu kelak. Aku yakin bila engkau mengetahui kerinduan hati Allah untuk selalu menggantikan setiap pemberianmu maka engkau tidak akan pernah menahan sesuatu pun menjadi milikmu selamanya.
Oleh karena itu, puasa dan pantang terhadap sesuatu hal yang menjadi kesukaan kita dalam masa prapaskah ini pasti membuat Allah tersenyum manis kepadamu. Namun, jika engkau mampu memaknai puasa dan pantangmu dengan melakukan 3 hal dalam kelompok kedua; berdoa kepada Allah dengan penuh iman (kepasrahan), berkorban untuk sesama dan berbagi dengan mereka yang membutuhkan pertolonganmu, maka pasti Allah akan terkagum-kagum dan heran karena engkau bisa melakukannya. Inilah alasannya, mengapa Yesus mengatakan puasa yang benar adalah ketika engkau melakukannya di kamar lewat doa yang tersembunyi agar Allah Yang melihat apa yang tersembunyi akan menganugerakan kepadamu apa yang engkau butuhkan, tetapi juga berderma dan membantulah orang miskin agar Allah yang melihat kekosongan jiwa dan ragamu tergerak hati-Nya untuk menggantikan dengan apa yang bukan saja untuk tubuhmu tapi terlebih untuk jiwamu. Akhirnya, saya ingin membisikan lagi di telinga dan hatimu sebagai seorang saudara: “Abu melambangkan sesal dan tobat dengan cara mengotori dahi, tapi Roh Kudus menandai hati dengan cara membersihkannya dari noda dan dosa lewat sebuah pertobatan.”